Keseriusan Mempromosikan Wisata Bahari Di Travel Expo

Duta Besar Indonesia untuk Norwegia Teuku Faizasyah. (Foto Kementerian Luar Negeri)

Di awal tahun 2025, dari 10 hingga 12 Januari 2024, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Oslo kembali berpartisipasi dalam Travel Expo terakbar di kota Oslo. Sejak pameran pariwisata tahunan ini diadakan pada 2007, KBRI Oslo tidak pernah absen.

Pada mulanya kegiatan tahunan ini bertajuk “Norges Største Reiselivsmesse” yang berarti pameran travel terbesar di Nowegia. Namun pada 2019, namanya berubah menjadi Travel Expo. Aktivitas pameran sempat terhenti pada 2020 hingga 2023 saat terjadi pandemi Covid-19.

Serupa seperti di 2024, di tahun 2025 KBRI Oslo mengangkat tema wisata maritim, khususnya menyelam (diving). Travel operator yang digandeng untuk mempromosikan jenis wisata ini adalah Pilgrim Adventure milik Morten Normann Frederiksen.

Saat mengobrol dengan Morten di anjungan Indonesia pada 11 Januari lalu, saya menyampaikan apresiasi atas keseriusannya dalam mempromosikan wisata bahari di Indonesia. Morten meyakini bahwa Indonesia adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk menikmati keindahan biota laut. Hal ini disimpulkannya setelah mengunjungi dan menyelam di beberapa tempat, antara lain di Raja Ampat (Papua Barat) dan Bunaken (Sulawesi Utara).

Ada pengalaman tak terlupakan yang dialami Morten saat akan membawa pelancong menyelam di kawasan Bunaken. Saat itu cuaca buruk sehingga kapal yang mengantarkan mereka harus mengarungi gelombang laut yang tinggi. Sehingga waktu tempuh menuju lokasi menyelam yang biasanya hanya dua jam, menjadi hampir 20 jam. Namun pengalaman ini tidak menyusutkan gairahnya untuk terus mempromosikan wisata bawah laut di Indonesia.

Setidaknya hingga 2024, dia sudah 10 kali membawa pelancong ke Indonesia. Para pecinta wisata bawah laut tergolong kelompok pelancong yang segmented yang perlu disasar secara khusus. Wisata yang tergolong mahal ini memerlukan pengaturan logistik dan persiapan kelengkapan yang menyeluruh.

Bangsa Indonesia sungguh beruntung karena dikarunia lautan yang luas dari Sabang hingga Merauke, sehingga banyak potensi wisata yang bisa ditawarkan. Di antaranya untuk kapal pesiar (cruise ship) dan bahkan untuk mereka yang menggemari aktivitas memancing di tengah laut.

Perlu upaya serius untuk terus memajukan wisata bahari dengan menyiapkan infrastruktur yang mumpuni dan yang tidak kalah penting dengan menjaga keasrian anugerah lautan Indonesia. Kita harus tekun menjaganya, melestarikan biota laut dan mengatasi sampah di laut, khususnya sampah plastik (plastic debris).

Sementara itu, mempromosikan wisata Indonesia di antara puluhan pesaing (exhibitors) lainnya memerlukan upaya khusus agar nama Indonesia bisa melekat dibenak para pengunjung. Salah satu upayanya dengan menampilkan seni tari Indonesia dan menawarkan kopi Indonesia.

Penampilan tari Manuk Rawa oleh sanggar Anak Indonesia, dan tarian Dayak oleh sanggar Peacock Dancer di panggung utama, menjadi daya tarik sendiri. Kolaborasi dengan sanggar tari ini merupakan bukti bahwa diaspora Indonesia juga aktif dalam mempromosikan Indonesia.

Bertemu Diaspora

Saat di stand Indonesia, saya sempat berbincang-bincang dengan dua pasangan suami istri yang mempunyai kedekatan khusus dengan Indonesia. Pasangan pertama adalah pria warga negara Norwegia yang beristrikan perempuan asal Belanda. Sayangnya saya tidak sempat menanyakan nama mereka. Namun yang istimewa, di tahun 1989 mereka menikah di Jakarta dan berbulan madu di Lombok.

Kedekatan mereka dengan Indonesia, ternyata disebabkan oleh kakek dari sang istri pernah bermukim di Indonesia. Ayahnya lahir di Indonesia dan menumpuh pendidikan di kota Bandung. Saya yang lahir dan besar di kota Bandung pun akhirnya bertukar cerita dengan mereka tentang dinamika kota ini dari waktu ke waktu.

Cerita mengenai kota Bandung tidak kemudian berhenti saat mereka meninggalkan stand Indonesia. Cerita lain berlanjut saat ⁠Ibrahim Mufti Pradityo yang sudah lebih dari 20 tahun bermukim di Norwegia mampir dengan istrinya.

Mufti bercerita bahwa perkenalannya dengan calon istri diatur oleh Ibundanya, Jaziar Radianti, dosen Program Pasca Sarjana di University of Agder, di Kristiansand. Mereka dipertemukan oleh kedua orang tua di lapangan Gazibu, Bandung saat berolah raga pagi.

Memang bagi warga negara Norwegia pada umumnya, olah raga menjadi bagian dari keseharian yang tidak bisa ditinggalkan dan jogging menjadi salah satu jenis olah raga terpopuler.

Apakah Jasiar Radianti yang adik kelas saya saat studi Jurusan Hubungan Internasional di FISIP UNPAD, Bandung memang sengaja mengkondisikan pertemuan kedua remaja tersebut saat olah-raga di Gazibu ataukah ada faktor lain, menjadi teka-teki yang akan saya tanyakan disatu kesempatan nanti.

Pada akhirnya, peran diaspora Indonesia, termasuk Mufti, dalam mempromosikan Indonesia ke warga negara Norwegia menjadi satu keniscayaan. Di acara pernikahan mereka, hadir lima teman SMA Mufti yang khusus terbang dari Oslo dan seusai acara mereka berlibur di Bali.

Keikutsertaan dalam pameran pariwisata bukan saja untuk menarik wisatawan baru, tetapi dapat menjadi ajang mengajak wisatawan untuk mengulangi kunjungan ke Indonesia dengan destinasi wisata yang berbeda.

Leave a comment

Your email address will not be published.