
Sebanyak 80 persen wisatawan di tempat wisata di Bandung Selatan, Jawa Barat, pada libur Isra Miraj dam Imlek 2025 memilih untuk menginap.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung, Wawan A Ridwan mengatakan, pada libur panjang kali ini, wisatawan lebih memilih menginap di glamour camping (glamping) yang disediakan di tempat wisata. Manfaatkan Tanggal Merah Januari 2025
Wisatawan memilih menginap di glamping karena sejumlah tempat wisata di Bandung Selatan, misalnya di daerah Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali (Pacira), dan Pangalengan, banyak menyediakan fasilitas serupa.
“Iya, yang tenda-tenda alam terbuka gitu. Kalau hotel, tidak terlalu membeludak, biasa masih standar. kemarin saya contoh sampel itu karena memang terbagi ya antara Bandung Barat,” kata Wawan melalui sambungan telepon.

Dia menambahkan, wilayah Bandung Selatan masih menjadi destinasi favorit wisatawan untuk menghabiskan waktu berlibur.
“Ini wisata favorit tetap Bandung Selatan, Pacira, dan Pangalengan. Karena memang di sana suasananya banyak diburu untuk kegiatan wisata alam,” ucapnya.
Meskipun tingkat wisatawan yang menginap di tempat wisata di Bandung Selatan tercatat sampai 80 persen, tapi menurutnya spending money (perputara uang) yang dikeluarkan oleh wisatawan belum berbanding lurus dengan jumlah pengunjung yang datang.
Rata-rata, lanjut dia, spending money masih dari Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per orang. “Tapi saya kira ini belum berbanding lurus dengan jumlah kunjungan wisata. Nah, ini mungkin harus ada strategi dari kita dari pemerintah daerah, bagaimana spending money di kita ini akan lebih tinggi karena saya yakin kita juga tidak bisa mempersiapkan akomodasi seperti layaknya kota-kota lain karena kita segmennya kan segmen wisata alam,” jelas Wawan.

Wawan berpendapat, masih rendahnya spending money di tempat wisata di Bandung Selatan karena rata-rata tempat tersebut, misalnya di daerah Ciwidey dan Pangalengan, berbasis wisata alam.
Hal itu berbeda dengan daerah lain yang cenderung memberikan fasilitas jasa.
“Mungkin untuk akomodasi hiburan yang sifatnya jasa itu, ada di kota lain. Tapi di kita core bisnisnya adalah wisata alam,” kata Wawan.
“Contoh misalnya satu penginapan ini misalnya Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per malam. Kalau dua malam tinggal ditambah saja, ditambah akomodasi, dan belanja, mungkin para wisatawan sudah mengukur kalau main ke Bandung Selatan cukup dengan uang di angka Rp 500.000 sampai Rp 1 juta,” tambahnya.

Kendati begitu, pelayanan wisata alam, seperti arum jeram dan flying fox masih mampu memberikan suntikan geliat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Belum meningkatnya spending money, sambung Wawan, tak menutup kemungkinan masyarakat wilayah wisata mampu mengembangkan peluang ekonomi di sektor lain.
“Saya kira masyarakat sudah pintar ya mencari, menangkap peluang pada saat kunjungan ini, pasti muncul pemberdayaan ekonomi seperti sentra kuliner, sentra oleh-oleh, kemudian atraksi-atraksi yang disajikan pada masyarakat, walaupun ini juga harus perlu pembenahan, supaya semua masyarakat bisa merasakan dampaknya kunjungan wisatawan ke wilayah Kabupaten Bandung,” terang dia.